Sebagai salah satu komoditas penting dalam perikanan di Indonesia, produk tuna memiliki nilai dan volume ekspor terbesar kedua setelah udang. Data Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukan bahwa total volume ekspor TCT (Tuna Cakalang Tongkol) Indonesia tahun 2017 adalah 106.850 ton untuk produk bukan olahan dan olahan sebesar 96.594 ton.¹
Keberlanjutan stok tuna menjadi sebuah aspek penting demi ketersediaan sumber daya laut di masa mendatang. Oleh karena itu, berbagai praktik penangkapan dan penanganan ikan tuna harus dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan oleh seluruh stakeholder terkait, termasuk pemerintah, pelaku bisnis pengolahan tuna, NGO pemerhati lingkungan dan lembaga penelitian.
Seafood Savers WWF-Indonesia merupakan platform kerja sama untuk mendukung pelaku bisnis seafood mewujudkan dan mengembangkan peirkanan berkelanjutan. Seafood Savers mendampingi anggotanya (produsen dan eksportir) dalam mencapai sertifkasi ekolabel Marine Stewardship Council – standar perikanan berkelanjutan yang mandiri dan diakui secara global.
Pada Juli 2018 sebuah perusahaan eksportir tuna - PT Pahala Bahari Nusantara (PT PBN) - menyusul bergabung dalam keanggotaan Seafood Savers untuk menjalani program perbaikan perikanan atau Fisheries Improvement Program (FIP) tuna dengan pukat cincin. Kerja sama diawali dengan penandantanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan surat Perjanjian Kerja Sama.
Berdiri sejak ktahun 2009, PT PBN saat ini bergerak dalam bisnis pengolahan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dari beberapa jenis alat tangkap, termasuk pukat cincin menjadi loin. Berkantor pusat di Jakarta Barat, perusahaan memasarkan produknya ke Eropa, Asia, Timur Tengah dan Amerika. PBN bermitra dengan perusahaan tuna global, Tri Marine, yang secara pro-aktif terlibat dalam pengembangan FIP PT PBN.
“PT Pahala Bahari Nusantara senang bergabung menjadi anggota Seafood Savers. Kami berkomitmen penuh untuk mengembangkan FIP tuna yang dimulai dengan melakukan pre-assessment dan action plan. Kami berharap seluruh stakeholder perikanan dengan purse sein, bersama dengan PBN, memiliki komitmen tinggi serta berpatisipasi secara proaktif untuk membuat proyek ini berhasil demi menjamin keberlanjutan sumber daya tuna kita,” ungkap Herry Yanto, Managing Director PT Pahala Bahari Nusantara.
Penandatangan ini menjadi landasan bagi PT PBN untuk melaksanakan pre-assessment dan action plan, hingga kemudian menjadi anggota penuh Seafood Savers. Penilaian Awal MSC dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang membutuhkan perbaikan sesuai prinsip keberlanjutan stok, ekosistem dan pengelolaan perikanan. Action Plan yang dikembangkan akan meliputi berbagai kegiatan yang perlu dilakukan oleh seluruh pihak dalam praktik perikanan dengan alat tangkap pukat cincin.
Sebagai anggota Seafood Savers, PT PBN bekerja sama dengan Tri Marine International dan WWF-Indonesia akan menjalani FIP pukat cincin di perairan Sulawesi Tenggara, Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714 dan 715. Seluruh pihak yang terlibat dalam skema ini percaya bahwa sinergi akan mempercepat upaya perwujudan perikanan berkelanjutan di Indonesia.
Referensi:
¹ http://kkp.go.id. 13 Maret 2018. Ekspor Tuna Cakalang Tongkol Indonesia 6 Tahun Terakhir (2012-2017), Kondisi dan Harapan. Diunduh tanggal 25 Juli 2018. (ekspor-tuna-cakalang-tongkol)