Komoditas udang menjadi salah satu produk andalan sektor perikanan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Mayoritas nelayan Kotabaru adalah penangkap udang. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kotabaru tahun2015, jumlah produksi udang di Kotabaru mencapai 4.930 ton/tahun.
“Kami berkomitmen untuk menjaga kelestarian udang sebagai komoditas andalan, salah satunya melalui pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan,” ungkap Said Akhmad, Sekretaris Daerah Kabupaten Kotabaru.
“Dengan merancang Rencana Zonasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), lokasi tangkap nelayan dapat dilakukan sesuai zonasi agar tempat ikan-ikan termasuk udang berkembang biak tidak diganggu. Karena itulah, kami mendukung program perbaikan perikanan (Fisheries Improvement Program/FIP) untuk produksi udang Kotabaru yang lebih ramah lingkungan,” lanjut ia.
Tiga kecamatan di selatan sampai timur Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, memang telah dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan melalui Surat Keputusan Bupati Kotabaru No. 523.4/918-PPPK/LAPERIK pada November 2005.
Menelusuri Asal-usul Udang Tangkap Kotabaru, Agar Dipercaya Pasar Seafood Dunia
Udang sebagai produk unggulan di Kotabaru dan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga di luar negeri seperti Jepang dalam bentuk udang segar/beku dan bahan dasar pengolahan hidangan udang.
PT Sekar Laut Tbk sebagai anggota dari Seafood Savers, inisiatif WWF-Indonesia untuk menjembatani pelaku industri dalam mewujudkan perikanan Indonesia yang berkelanjutan, merupakan salah satu perusahaan yang membeli udang dari Kotabaru untuk dijadikan kerupuk dan dipasarkan ke Eropa.
Seiring perkembangan isu soal lingkungan, konsumen di Eropa mulai kritis terkait apa yang mereka konsumsi. Tren untuk tidak mengkonsumsi apapun yang bersumber dari aktivitas merusak alam telah menyebar luas di sana. Muncul banyak pertanyaan dari konsumen terkait asal usul makanan yang mereka konsumsi.
Hal ini membuat Intersnack Procurement dan Unilever sebagai pembeli kerupuk udang dari PT Sekar Laut Tbk yang berlokasi di Belanda harus bisa menyajikan informasi ketelusuran produknya kepada konsumen.
Oleh karena itu, PT Sekar Laut Tbk bersama dengan WWF-Indonesia, serta Intersnack Procurement dan Unilever melakukan kunjungan ke Kotabaru pada tanggal 28 - 30 Agustus 2018. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menggali informasi ketelusuran atau traceability udang sebagai bahan baku kerupuk yang mereka produksi.
Rombongan yang dipimpin langsung oleh Welliam Cung, General Manager, PT Sekar Laut Tbk ini mengunjungi lokasi nelayan penangkap udang putih (Fenneropenaeus merguiensis, banana shrimp/prawn) yang tergabung dalam KUB. Usaha Bersama dan di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Pulau Laut Tengah; dan KUB. Tunas Harapan di Desa Senakin, Kecamatan Kelumpang Tengah.
“Dalam program FIP, kami melakukan pencatatan logbook hasil tangkapan dan kendala-kendala yang ada di lapangan,” ungkap salah satu nelayan KUB Usaha Bersama di sela jamuan makan siang. Mereka berbagi cerita terkait proses penangkapan udang menggunakan jaring gondrong atau trammel net.
Tantangan Bersama: Belum Sepenuhnya Nelayan Gunakan Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Tantangan yang ada saat ini bagi PT Sekar Laut Tbk. adalah belum sepenuhnya dapat menggunakan udang yang dihasilkan dari jaring gondrong. Masih ada nelayan yang melakukan penangkapan dengan lampara (trawl) di Desa Rampak Lama, Kecamatan Pulau Laut. Alat tangkap ini masih tergolong kurang selektif dan dikategorikan tidak ramah lingkungan.
Hal ini dikarenakan kebutuhan produksi kerupuk udang tinggi, namun tidak dapat dipenuhi bila hanya mengandalkan udang hasil tangkapan dari dua kelompok dampingannya.
KUB. Usaha Bersama dan KUB. Tunas Harapan yang menangkap udang dengan jaring gondrong ramah lingkungan di lokasi tangkap yang tidak bertentangan dengan zonasi KKP Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan ini adalah pilot project, percontohan bagi kelompok nelayan lainnya.
Harapannya, ke depannya, bahan baku kerupuk udang PT Sekar Laut Tbk sepenuhnya berasal dari nelayan yang menggunakan jaring gondrong. Sehingga nantinya, siap menuju sertifikasi ekolabel Marine Stewardship Council (MSC) sebagai bukti bahwa kerupuk udang dari Kotabaru adalah camilan yang ramah lingkungan.
Hal ini tentunya akan mengangkat nama Kotabaru ke mancanegara lewat produk kerupuk udang. Unilever pun berencana menuliskan nama daerah Kotabaru dalam kemasan kerupuk udang mereka.
“Saya yakin bila nantinya kita berhasil mendapatkan sertifikat MSC dan nama Kotabaru dikenal olah mancanegara, ke depan sektor usaha pengolahan produk perikanan akan berbondong-bondong masuk ke Kotabaru, untuk membeli udang hasil tangkapan nelayan Kotabaru yang terkenal ramah lingkungan,” ungkap Welliam Cung.