Perikanan menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine) telah dipraktikan di Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 1974. Produksi alat tangkap pukat cincin merupakan yang terbesar dari produksi semua alat tangkap yang ada di Kendari dan pada tahun 2017 produksinya mencapai 83,94%1). Hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis (cakalang, tongkol, layang dan baby tuna).
Mengingat tingginya kontribusi sektor pukat cincin pada produksi perikanan di Sulawesi Tenggara, maka penting untuk membangun pengelolaan perikanan dengan alat tangkap ini di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai langkah untuk mendukung pengeloaan perikanan yang berkelanjutan. Seluruh pihak memberikan dukungan penuh bagi upaya ini, termasuk diantaranya adalah sebuah perusahaan, yaitu PT Pahala Bahari Nusantara (PT PBN).
PT Pahala Bahari Nusantara merupakan sebuah perusahaan eksportir tuna yang bergerak dalam bisnis pengolahan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan cakalang (Katsuwonus pelamis) menjadi produk olahan diantaranya adalah tuna loin. Dan memasarkan produknya ke Eropa, Asia, Timur Tengah dan Amerika.
PT Pahala Bahari Nusantara memiliki tekad dan visi untuk menjadi perusahaan Tuna Fish dan Tuna Loin yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya, tanpa mengesampingkan prioritas dan kepedulian lingkungan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Visi inilah yang mendorong PT Pahala Bahari Nusantara untuk berkontribusi dalam skema kerja sama Seafood Savers. Menjadi anggota Seafood Savers merupakan langkah dalam komitmen perusahaan mendukung perbaikan pengelolaan perikanan tuna di Kendari sebagai lokasi supply chain PT Pahala Bahari Nusantara.
Dalam kerjasama ini PT Pahala Bahari Nusantara akan terlibat dalam program perbaikan perikanan menuju perikanan berkelanjutan Bersama WWF Indonesia. Sebagai bentuk komitmen anggota Seafood Savers, PT Pahala Bahari Nusantara akan mengikuti program perbaikan perikanan yang mewajibkan perusahaan menjalankan Program Perbaikan Perikanan atau Fisheries Improvement Program (FIP) Tuna di Kendari.
Selain itu, melihat fakta bahwa dari tahun 2011 hingga saat ini berbagai lokasi di perairan Indonesia telah dikembangkan program perbaikan perikan tuna, sehingga Provinsi Sulawesi Tenggara pun tergerak menjadi inisiator untuk turut mendukung program perikanan tuna nasional. Oleh karena itu, pada 17 Juli 2018 dilaksanakan kegiatan “Diseminasi Program Perbaikan Pengelolaan Perikanan Purse Seine Tuna” di Kendari dengan dihadiri oleh berbagai lintas sektor yang ada baik di kota maupun provinsi Sulawesi Tenggara serta perwakilan nelayan purse seine di Kendari. Kegiatan tersebut merupakan komitmen awal dari pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mendukung program perbaikan perikanan tuna pada alat tangkap purse seine yang berkontribusi terhadap FIP tuna secara nasional.
“Sertifikasi ecolabel untuk produk perikanan memberikan kesempatan yang baik untuk mendapat pengakuan bahwa produk tuna dari Kendari diperoleh dari kegiatan yang ramah lingkungan. Memang sertifikasi penting karena meningkatkan kestabilan nelayan bukan semata-mata untuk masalah konservasi saja tapi memberi manfaat untuk nelayan terutama nelayan purse seine,” ungkap Tri, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tenggara
Heri selaku Koordinator FIP PT Pahala Bahari Nusantara juga menambahkan bahwa implementasi dari FIP ini merupakan tanggung jawab semua pihak. Hasil dari Penilaian Awal akan menunjukkan gap dan peran dari masing-masing pihak, disinilah langkah besar untuk perbaikan perikanan dimulai.
Disampaikan juga oleh Arief Rahman, salah satu peserta perwakilan dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Satu Pintu bahwa “Terdapat ketentuan terbaru terkait Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik mengenai pelaksanaan Sistem OSS² sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (PP Nomor 24 Tahun 2018), namun pertimbangan kesiapan untuk setiap instansi dan pihak terutama para nelayan tentunya neklyan skala kecil untuk mampu menggunakan sistem terbaru ini menjadi kunci utama menjalanakan sistem,” tambah Arief Rahman.
Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk akan diadakannya kajian untuk menilai kondisi perikanan purse seine tuna di Kendari. Pertemuan selanjutnya dijadwalkan akan membahas serta menyepakati hasil kajian tersebut yang berupa Rencana Kerja Perbaikan Perikanan Purse Seine Tuna di Kendari pada 13 september 2018 mendatang.
Selain itu, tim WWF-Indonesia dan PT PBN akan membentuk sebuah kelompok kerja untuk membangun komunikasi antar peserta pertemuan, sehingga dukungan seluruh pihak di Sulawesi Tenggara untuk FIP perikanan tuna dengan purse seine dapat terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik.
Referensi:
1) Data Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, 2017
²) OSS (Online Single Submission) atau Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.