Antusiasme pelaku usaha dalam program perbaikan perikanan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perusahaan yang berkomitmen dalam keanggotaan Seafood Savers terus bertambah, tidak hanya dalam segi jumlah, tetapi juga jenis komoditas. Jika sebelumnya komoditas yang paling sering didaftarkan adalah tuna, ikan karang, udang tangkap, udang windu dan rajungan, tahun ini platform perbaikan perikanan WWF Indonesia semakin bervariasi dengan masuknya PT Iroha Sidat Indonesia untuk perikanan sidat.
PT Iroha Sidat Indonesia merupakan sebuah perusahaaan yang bergerak dalam bidang perikanan budi daya dan pengolahan sidat (Anguilla sp.) di Indonesia. Perusahaan ini melakukan budi daya sidat di Banyuwangi dimana asal glass eel didominasi ditangkap di wilayah perairan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Selanjutnya, sidat yang dipanen dari tambak akan diolah menjadi sidat panggang dengan saus (unagi kabayaki) di pabrik pengolahannya untuk memenuhi mangsa pasar domestik dan internasional.
Bertekad untuk terlibat dalam program perbaikan perikanan budidaya AIP (Aquaculture Improvement Program) melalui keanggotaan Seafood Savers, perusahaan memulai langkahnya dengan menandatangani Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama Pra-Anggota pada 2 Februari 2018 sebagai langkah awal dalam melakukan pra-penilaian pada perikanannya.
Meskipun tantangan yang dihadapi perusahaan ini tidak sama dengan perusahaan lain dimana PT Iroha Sidat Indonesia dan WWF Indonesia harus menyusun standar praktik budi daya sidat yang bertanggung jawab dan berkelanjutan atau Better Management Practices Sidat, perusahaan kini telah mencapai tahap akhir menuju keanggotaan. Pada 5 Oktober 2018, perusahaan dan WWF Indonesia telah secara resmi menjadi anggota Seafood Savers melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Anggota .
Dilaksanakan di Kantor WWF Indonesia bersamaan dengan perusahaan lain, dokumen perjanjian ditandatangani oleh Imam Musthofa, Direktur Marine and Fisheries WWF Indonesia dan Soetanto selaku Direktur PT Iroha Sidat Indonesia. Sesuai skema Seafood Savers, tim WWF Indonesia selanjutnya akan melakukan pendampingan dalam aktivitas budi daya sidat dan penangkapan glass eel di laut.
“Upaya menuju praktik budi daya sidat yang bertanggung jawab memang membutuhkan komitmen yang kuat dan kami selalu mengikuti prosesnya. Terima kasih kepada WWF, kini kolaborasi WWF Indonesia dan PT Iroha Sidat Indonesia sampai pada tahap yang kita tunggu, yaitu pengimplementasian AIP yang merujuk pada prinsip-prinsip standar ASC,” ucap Soetanto, Direktur PT Iroha Sidat Indonesia.
Kedepannya WWF Indonesia dan PT Iroha Sidat Indonesia akan segera memulai aktivitas perbaikan sesuai rancangan kegiatan yang telah disepakati menuju sertifikasi ekolabel selama lima tahun. Selama lima tahun itu pula, seluruh progres AIP sidat perusahaan akan dimonitor oleh tim WWF Indonesia dan diunggah ke website Seafood Savers secara berkala.
“Kami percaya AIP sidat pertama di Indonesia ini bisa menjadi contoh bagi pengolah sidat lainnya, sehingga keberlanjutan sidat dapat dijaga,” tambah Soetanto.