Pendampingan petambak mitra PT Bogatama Marinusa (Bomar) telah dilakukan sejak April 2017, diantaranya melalui skema pencatatan dan pelatihan. Pada tahun 2018, rata-rata produksi hanya berkisar enam belas persen dari jumlah benur yang ditebar, sementara itu di tahun 2019 angka ini menurun menjadi sekitar sepuluh persen saja. Keadaan ini memberikan dampak pada pendapatan mitra kerja tambak. Minimnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan budidaya perikanan membuat mereka harus mencari tambahan pendapatan dari pekerjaan yang lain. Di sisi lain, keadaan tersebut belum selaras dengan standar ASC (Aquaculture Stewardship Council). Karena pada prinsip kelima standar ASC, dipersyaratkan bahwa tingkat kehidupan udang windu harus di atas dua puluh lima persen, agar dapat dikatakan bahwa pelaku perikanan telah menerapkan prinsip animal welfare atau kesejahteraan udang.
[caption id="attachment_3486" align="aligncenter" width="840"] ©WWF-Indonesia/Andi Awal Campu[/caption]WWF-Indonesia bekerjasama dengan PT Bomar meningkatkan dukungannya dengan menggalakkan pencarian solusi terhadap rendahnya SR (survival rate). Hal ini dimulai dengan memberikan pelatihan kepada para mitra kerja tambak. Pelatihan BMP (Better Management Practices) dilaksanakan pada hari Rabu 11 Desember 2019, di Kantor Camat Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Pelatihan tersebut bertujuan sebagai sarana diskusi dan belajar bersama mengenai mengenai bagaimana cara budidaya udang windu secara tradisional.
[caption id="attachment_3485" align="alignright" width="300"] ©WWF-Indonesia/Andi Awal Campu[/caption]Pelatihan BMP budidaya udang windu tersebut dihadiri oleh 30 orang peserta, yang merupakan para petambak se kecamatan Matiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Pada pelatihan tersebut, terdapat dua materi. Pertama adalah materi mengenai teknik budidaya udang windu dengan memanfaatkan phronima yang di bawakan oleh Abdul Waris. Beliau memberikan penjelasan mengenai persiapan lahan budidaya, pemilihan benur, kualitas air tambak, penumbuhan pakan alami serta berbagai faktor yang menjadi kendala dalam proses budidaya udang windu. Pemateri kedua adalah Syarifuddin yang menjelaskan teknik pembuatan pupuk organik dan pestisida organik dengan memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan yang biasanya banyak terdapat di sekitar tambak.
[caption id="attachment_3484" align="alignright" width="300"] ©WWF-Indonesia/Andi Awal Campu[/caption]Pada 17 febuari 2020, pelatihan BMP budidaya udang windu kembali dilakukan dalam bentuk studi banding ke Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang, untuk melihat metode budidaya udang yang diterapkan Waris dan Syarifuddin secara langsung di lapangan. Pelatihan Lapang tersebut melibatkan para petambak dari Desa Ammani, Patobong, Pallameang, dan langnga, Kabupaten Pinrang. Dalam pelatihan tersebut diperlihatkan secara langsung cara mengkultur atau memperbanyak probiotik RICA (probiotik yang diproduksi oleh BPPBAP3 Maros). Para petambak diajari satu persatu tahapan dalam kultur probiotik RICA.
Pada sesi diskusi, para petambak dari Mattiro Sompe memberikan usulan mengenai pembuatan tambak percontohan dan rumah RICA di kawasan Mattiro Sompe. Mereka berharap keberadaan tambak percontohan dan rumah RICA ini dapat memudahkan mereka. Selain itu keberadaan tambak percontohan dan rumah RICA di kawasan Mattiro Sompe juga dapat meningkatkan efisiensi bagi para petambak, karena tidak perlu datang ke Lanrisang untuk belajar dan berlatih meningkatkan kualitas produksi tambak udang windu mereka.