Proyek Masih Berlanjut: Peluncuran dan Webinar AgResults Indonesia Aquaculture Challenge Project
Kualitas produksi pembudidaya skala kecil di Indonesia patut diperhatikan. Pasalnya, sekitar 70-80% populasi pembudidaya di Indonesia didominasi oleh pembudidaya skala kecil. Tanpa adanya alat bantu untuk menyokong kualitas produksi, pembudidaya skala kecil sulit untuk meningkatkan hasil panennya. Selain kualitas ikan, hasil panen yang tidak tetap dan kecil dapat mengurangi peluang untuk dapat mengakses pasar yang lebih luas.Di sisi lain, Indonesia memiliki banyak inovator dan pegiat teknologi budidaya yang mumpuni. Sebagai bagian dari pemegang kunci kesuksesan untuk hasil produksi budidaya yang baik, sinergitas antara pembudidaya skala kecil serta pelaku usaha teknologi budidaya perlu tercipta. Untuk mewujudkannya, pembudidaya skala kecil dan pelaku usaha teknologi budidaya bisa terlibat dalam skema usaha yang saling merangsang pertumbuhan produksi kedua belah pihak.
Oleh karena itu, sebuah inisiatif global, AgResults, berusaha untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi para pembudidaya skala kecil di Indonesia. Melalui Yayasan WWF Indonesia sebagai pelaksana proyek dan didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, AgResults meluncurkan proyek AgResults Indonesia Aquaculture Challenge Project. Proyek tersebut diusung demi mendorong peningkatan produksi dari pembudidaya skala kecilProyek AgResults Indonesia Aquaculture Challenge akan dijalankan dengan kompetisi jangka panjang. Proyek ini dibuka dengan sebuah webinar (seminar daring) yang diisi oleh pemateri-pemateri yang ahli pada bidang budidaya serta dihadiri oleh beragam kalangan cendekiawan, pelaku usaha teknologi budidaya, dan pembudidaya yang berjumlah sekitar 250 peserta.
Webinar dibuka dengan panduan moderator, Jay Fajar, dan dilanjutkan dengan sambutan perwakilan para pemangku acara, yakni Justin Kosoris dari AgResults, Gemi Triastuti, S.Pi, M.P dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Dr. Dicky P. Simorangkir dari Yayasan WWF Indonesia. Para perwakilan pemangku acara menyampaikan harapannya akan proyek ini agar bisa membantu para pelaku budidaya, khususnya pembudidaya skala kecil. Setelah itu, webinar diisi oleh tiga pemateri yang ahli dalam bidang budidaya. Terdapat tiga ahli yang menjadi pemateri, di antaranya seorang akuakulturis, Ir. Coco Kokarkin, M.Sc; seorang perekayasa teknologi agroindustri, Ir. Arief Arianto, M.Sc, Agr; dan drh. Novia Priyana, seorang penasihat teknis nasional dari UNIDO.
Dalam pemaparannya, Coco Kokarkin menyampaikan bagaimana pembudidaya skala kecil di Indonesia berkontribusi bagi komoditas budidaya. Coco memaparkan strategi efisien bagi pembudidaya skala kecil agar bisa meraup untung. Melalui strateginya, Coco menyarankan para pembudidaya untuk memilih peralatan yang bisa dioperasikan dengan listrik satu fase, bermitra dengan petambak dan produsen teknologi untuk mendapatkan aerator dengan harga murah, menunjuk operator secara kolektif, serta melibatkan penyuluh untuk mendampingi pengelolaan budidaya. Menurutnya, pembudidaya harus merencanakan strategi budidaya yang matang, sehingga keuntungan dapat menunjang pemodalan teknologi demi hasil produksi yang melimpah. Kerja sama kolektif antara para pembudidaya serta dengan produsen teknologi bisa menjadi jalan keluar terbaik bagi permasalahan mahalnya modal teknologi bagi pembudidaya skala kecil.
Materi kemudian dilanjutkan oleh Arief Arianto dan Novia Priyana. Dalam pemaparan mereka, dijelaskan bahwa teknologi dan sertifikasi bisa membantu produksi budidaya. Beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari teknologi budidaya ialah menemukan ikan dengan tepat dan mengatasi tekanan perubahan lingkungan, sedangkan penggunaan sertifikasi pada produk budidaya, selain dari sertifikasi wajib untuk memasuki pasar, adalah untuk menambah nilai jual produksi. Berbeda dengan Coco, kedua pemateri tersebut lebih banyak memaparkan materi yang ditargetkan kepada pelaku usaha teknologi budidaya. Keduanya menyampaikan mengapa dan bagaimana pelaku usaha teknologi budidaya membuat teknologi berkualitas dan terjangkau bagi para pembudidaya, termasuk dari desain teknologi hingga birokrasi pendaftaran sertifikat. Para pemateri sangat mendukung pelaku usaha teknologi dan inovator dalam negeri untuk bisa membantu sektor budidaya nasional. Mengutip dari B.J. Habibie, Arief mengatakan, “Hanya anak bangsa sendirilah yang dapat diandalkan untuk membangun Indonesia, tidak mungkin kita mengharapkan dari bangsa lain karena hanya kita yang berkepentingan untuk mensejahterakan sesama.”
Antusiasme peserta seminar sangat terlihat dari banyaknya pertanyaan yang menunjukkan ketertarikan mereka akan proyek AgResults Indonesia Aquaculture Project. Banyak peserta yang merupakan pembudidaya skala kecil menanyakan kiat mendapatkan panen yang berkualitas baik. Sebagian lagi, dari kalangan pelaku usaha teknologi, menanyakan manfaat dari sertifikasi INDOGAP dan tip dalam merakit teknologi rumahan yang cocok untuk pembudidaya skala kecil. Pertanyaan-pertanyaan beragam yang menggugah nalar tersebut dijawab satu per satu oleh para pemateri dengan baik, sehingga para peserta yang merupakan pembudidaya, cendekiawan, dan pelaku usaha teknologi budidaya semakin semangat untuk mengusahakan budidaya yang memanfaatkan teknologi. Keseruan acara juga semakin terasa ketika para peserta mengikuti kuis berhadiah yang diadakan oleh panitia. Kuis berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar proyek dan materi-materi yang telah dibawakan oleh pemateri seminar. Meski pertanyaan-pertanyaannya terbilang sulit, terdapat peserta yang mampu menjawab hingga delapan dari sepuluh pertanyaan yang dilombakan. Uniknya lagi, juara kedua dari kuis berhadiah ini merupakan peserta yang masih pelajar SMA. Animo peserta yang beragam dan enerjik sangat menunjukkan bahwa proyek AgResults Indonesia Aquaculture Challenge sangat diminati oleh para aktor terkait di tengah-tengah kehausan mereka akan skema budidaya yang efektif dan efisien.
Acara peluncuran proyek dan webinar ini ditutup dengan ulasan singkat terkait kompetisi yang akan menjadi kelanjutan proyek AgResults Indonesia Aquaculture Challenge. Kompetisi akan dilaksanakan selama empat tahun dan menargetkan para pelaku usaha teknologi budidaya. Para peserta didorong untuk menjual produk teknologi hasil inovasi mereka sebanyak-banyaknya kepada pembudidaya skala kecil. Dengan luasnya cakupan teknologi yang terjual, diharapkan pembudidaya skala kecil bisa mengakses teknologi budidaya dengan baik demi perbaikan kuantitas dan kualitas panen mereka. Peserta yang berhasil mendapatkan keuntungan terbanyak dan melewati batas jumlah penjualan yang telah ditetapkan oleh AgResults akan memenangkan hadiah berupa insentif untuk setiap unit alat yang berhasil dijual. Inklusivitas akses teknologi budidaya yang menjadi motivasi proyek AgResults Indonesia Aquaculture Challenge ini juga dilengkapi dengan gagasan kompetisi yang ramah dengan kesetaraan gender.