PT Surya Alam Tunggal dan PT Ika Nusa Windutama Resmi Bergabung Dengan Seafood Savers
Budidaya perikanan memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan. Tingginya kebutuhan pangan mendorong para produsen pangan, termasuk pelaku usaha budidaya perikanan, untuk mengupayakan ketersediaan stok pangan secara optimal. Namun, pada praktiknya, pengupayaan ketersediaan stok yang masif justru membawa dampak buruk bagi lingkungan. Beberapa dampak negatif yang tercipta ialah konversi hutan mangrove untuk dikonversi menjadi lahan tambak, penggunaan air tanah dan bahan-bahan kimia yang mencemari lingkungan di sekitar tambak, dan menyebarkan penyakit zoonosis yang dapat mengancam komoditas yang dibudidayakan (Bhari & Visvanathan, 2018). Masalah-masalah tersebut dapat menghambat aktivitas budidaya secara jangka panjang, sehingga produksi menjadi terganggu. Oleh karena itu, langkah-langkah perbaikan perlu dilakukan untuk mewujudkan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
PT Surya Alam Tunggal (PT SAT) merupakan salah satu perusahaan yang terpanggil untuk menjawab panggilan tersebut. Perusahaan yang bergerak dalam produksi pengolahan udang itu memilih Seafood Savers sebagai mitranya untuk mewujudkan praktik budidaya yang berkelanjutan. PT SAT membawa komoditas udang vaname (Litopenaeus vannamei) sebagai target komoditas untuk program perbaikan budidaya udang pada salah satu rantai suplainya. Udang yang ditetapkan sebagai varietas unggul oleh KKP pada tahun 2001 itu memang banyak dicari baik untuk tujuan ekspor maupun pasar domestik, sehingga, diharapkan bisa menyumbang produktivitas bagi industri udang Indonesia selain daripada udang windu (Penaeus monodon) yang juga telah didaftarkan PT SAT sebelumnya.
Lain daripada kategori populer, komoditas sidat (Anguilla sp.) juga menjadi komoditas sorotan Indonesia untuk dikembangkan. Sidat memiliki nilai jual yang cukup tinggi utamanya di mata pasar global, sehingga diupayakan pertumbuhannya oleh pemerintah dan pelaku usaha perikanan di Indonesia. Namun, banyak tantangan dalam budidaya sidat, terutama dengan fakta bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang masih rendah (terutama pada fase awal budidaya) dan belum adanya pembenihan (hatchery) (Mingzhong et al., 2013). Maka dari itu, berdasarkan tantangan-tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mendorong elemen masyarakat untuk mengupayakan budidaya sidat yang berkelanjutan agar dapat menyokong permintaan pasar dalam jangka panjang (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018). Salah satu perusahaan yang mengupayakan produksi sidat berkelanjutan adalah PT Ika Nusa Windutama (PT INW) yang baru saja bergabung dengan Seafood Savers pada Desember 2020 lalu.
Motivasi bisnis dan kelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan. Ketika ditanya mengapa PT SAT dan PT INW memilih untuk berkomitmen melakukan praktik budidaya yang berkelanjutan, mereka menjawab karena lingkungan yang lestari bisa membantu menjaga keberlanjutan produksi. PT SAT berpendapat bahwa dengan melaksanakan praktik budidaya yang berkelanjutan, industri dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan dan tidak mengganggu ekosistem yang ada. Maka dari itu, keberadaan sumber daya perikanan bisa tetap terjaga secara berkelanjutan dan ekspor masih tetap bisa berjalan dengan lancar sehingga industri juga dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Selain itu, PT INW menambahkan bahwa praktik perikanan yang berkelanjutan bisa membantu perekonomian Indonesia, sehingga semakin dikenal di ranah pasar global. Dengan menerapkan praktik budidaya yang berkelanjutan, perusahaan dapat memperoleh sertifikasi ecolabel sehingga dapat menambah nilai jual di mata pasar.
Dengan bergabungnya PT SAT dan PT INW di Seafood Savers, upaya perbaikan perikanan budidaya dapat membawa kedua perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi Aquaculture Stewardship Council (ASC) sebagai salah satu jalan dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan. Dalam skema bisnis, sertifikasi digunakan sebagai penjamin kualitas produk, berbagai jenis sertifikasi dapat menambah nilai pada produk. Oleh karena itu, kedua perusahaan berharap bahwa sertifikasi ASC dapat memperbesar cakupan pasar bisnis dalam bidang perikanan. Hal itu dikarenakan adanya pengakuan secara global terkait produk makanan laut yang berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan daya jual produk maupun daya saing dengan perusahaan prosesor mau pun eksportir yang lain.
PT SAT dan PT INW adalah contoh dari sekian perusahaan yang berkomitmen untuk melakukan praktik budidaya yang berkelanjutan. Masih banyak perusahaan budidaya lain seperti PT Bumi Menara Internusa, PT Mega Marine Pride, Celebes Seaweed Group, PT Bogatama Marinusa, PT IAMBEU Mina Utama, PT Iroha Sidat Indonesia, dan PT Minanusa Aurora yang juga melakukan upaya serupa.