Jumlah produksi perikanan dunia yang berasal dari gabungan perikanan tangkap dan perikanan budi daya menurut laporan FAO 2012 mencapai 114.6 juta metrik ton per tahun atau sama dengan berat 13 juta individu gajah afrika. Sebanyak 95% dari komoditas produksi ikan tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi manusia, sedangkan sisanya digunakan untuk kebutuhan industri lainnya yang dimanfaatkan sebagai campuran pakan hewan peliharaan dan juga dipakai sebagai umpan ikan, serta untuk campuran pakan budi daya. Aktivitas bisnis perikanan memberikan sumbangan yang besar terhadap perekonomian dunia. Sebagai catatan, saat ini 37% perdagangan dunia dikuasai oleh produk yang berbahan baku perikanan. Lebih dari 200 negara melakukan ekspor komoditas ikan dan hasil olahannya dengan nilai mencapai 90 miliar USD. Sebagai catatan 80% produk perikanan yang dihasilkan didunia berasal dari negara-negara yang sedang berkembang. Ekspor komoditas ikan dan hasil olahannya pada 2010 telah mengalami kenaikan sebesar 56.6% dari tahun 1996. Kenaikan tersebut dipicu banyaknya perusahaan asing yang berinvestasi langsung atau bekerjasama dengan perusahaan lokal di negara-negara berkembang sehingga kapasitas tangakapan merangkak naik. Tren ekspor ikan mulai bergeser dari komoditas bahan baku kepada produk olahan dengan nilai ekonomis yang tinggi seperti tuna, kakap dan udang. Bisnis perikanan memberikan manfaat langsung dan tidak langsung bagi kesejahteraan manusia. Diperkirakan 43.5 juta penduduk dunia menggantungkan langsung kesejahteraan hidupnya dari usaha-usaha produksi perikanan. Berarti apabila satu orang bekerja di sektor primer perikanan, maka akan ada 4 orang yang bekerja pada sektor sekundernya. Saat ini tercatat ada 170 juta orang yang bekerja pada industri inti perikanan. Kalau kemudian memasukkan nilai ketergantungan orang bekerja pada sektor perikanan, maka akan ada 520 juta orang bekerja pada sektor ini, atau dengan kata lain 8% dari populasi dunia terlibat di sektor industri dan bisnis ini. Peningkatan kapasitas produksi perikanan di Indonesia tidak diimbangi dengan pengelolaan yang berkelanjutan. Laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa sebanyak 70% wilayah perairan kita mengalami overfishing (kelebihan tangkap). Beberapa populasi jenis ikan mengalami penurunan tajam. Hal ini berpengaruh langsung terhadap keberlangsungan industri perikanan dan mengancam menurunnya pendapatan para pekerja. Permasalahan ini harus segera diatasi dan harus membangun sebuah mekanisme pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab untuk menjaga keberlangsungan sumberdaya ikan serta bisnisnya. Pendekatan mekanisme bisnis perikanan yang bertanggung jawab telah dinisiasi oleh WWF-Indonesia sejak 2010. Sebuah program yang bernama Seafood Savers dilahirkan untuk memberi wadah bagi pebisnis perikanan untuk mulai mengubah pengelolaannya menjadi lebih ramah lingkungan, tujuannya adalah melahirkan produk seafood yang berkelanjutan bagi konsumen yang memiliki wawasan lingkungan untuk menuju kepada ecolabelling perikanan. Kampanye kesadartahuan di sisi konsumen juga digencarkan oleh WWF, mulai dari kampanye langsung di ruang publik, menggunakan teknologi telepon pintar dengan mengembangkan aplikasi panduan memilih seafood yang ramah lingkungan, sampai memaksimalkan media cetak dan elektronik untuk menjangkau publik yang lebih luas. Tujuannya hanya satu, untuk membangun permintaan akan produk yang ramah lingkungan. Bagi Seafood Savers, permintaan yang meningkat di kalangan konsumen berarti membuka peluang agar produk ramah lingkungan yang dihasilkan dapat mempenetrasi pasar. Dengan adanya sinergisitas perusahaan dan masyarakat untuk memprouksi dan membeli produk perikanan yang bertanggung jawab, maka diharapakan akan menjaga kelimpahan sumberdaya ikan di indonesia untuk jangka panjang serta meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan secara berkelanjutan.