WWF-Indonesia melakukan pelatihan Better Management Practices (BMP) Budi daya Udang Windu bagi petambak dan penyuluh perikanan sekabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada tanggal 15 - 17 Desember 2014 lalu. Tidak kurang dari 30 orang petambak dan 8 penyuluh perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, dan Kabupaten Tana Tidung mengikuti acara tersebut. Kepala Bidang Perikanan Budi daya dan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan Ir. Nurmayanti, M.Si yang juga hadir dalam sambutannya kembali mengingatkan para pembudidaya untuk mempraktikkan budi daya yang bertanggung jawab sesuai dengan Cara Budi daya Ikan yang Baik (CBIB) dan BMP. Hal ini dilakukan guna mempertahankan kualitas dan daya saing produk udang windu hasil budi daya tradisional dari Kalimantan Utara di kancah pasar domestik, maupun internasional. Bertindak sebagai narasumber pelatihan adalah Wahju Subachri (Senior Fisheries Officer WWF-Indonesia), beserta Dini Yuntiahadi dan Yeni Sugiati yang merupakan Petugas Penyuluh Lapangan Perikanan Kota Tarakan. Metode pelatihan yang digunakan terdiri dari dua bagian, yaitu pemberian materi BMP Budi daya Udang Windu dan praktik langsung di lokasi tambak budi daya udang. Tanggapan positif didapatkan dari para petambak di akhir pelatihan BMP yang dilakukan. Mereka sangat ingin menerapkan BMP serta melakukan uji kualitas air langsung di tambak-tambak mereka. Hal ini pun sejalan dengan Aquaculture Improvement Program (AIP) yang juga sedang dilakukan oleh PT. Mustika Minanusa Aurora (PT. MMA) salah satu kandidat anggota Program Seafood Savers di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Sebagai bagian dari tindak lanjut penandatanganan Nota Kesepahaman Praanggota Seafood Savers, PT. MMA telah melaksanakan lima kegiatan yang merupakan bagian dari persyaratan perbaikan minimal, yaitu 1) sosialisasi larangan penggunaan bahan kimia berbahaya dan dilarang, 2) rehabilitasi mangrove di kawasan tambak, 3) penyediaan benur berkualitas, 4) melakukan Participatory Social Impact Assesment (PSIA), dan 5) membuat standar keterlacakan (traceability) produk pada lokasi tambak - tambak pemasok PT. MMA. Para pemasok ini tersebar di wilayah Kabupaten Bulungan, yaitu di kawasan Pulau Tias, Pulau Mangkudulis Kecil, Sungai Bara, Tanjung Tiram, Pulau Tibi, Pas Payau, dan Pulau Betayau. AIP yang dilakukan PT. MMA bersama WWF-Indonesia kini telah memasuki tahap survei dan analisa kesenjangan (gap assesment) di 22 petak tambak yang didaftarkan pada Program Seafood Savers. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesenjangan antara standar Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk komoditas udang terhadap kondisi terkini di lapangan. Hasil dari analisa kesenjangan tersebut akan selesai pada akhir Desember 2014 yang selanjutnya akan diteruskan dengan menyusun rencana kerja perbaikan perikanan budi daya, atau disebut juga AIP work plan. Dengan dilakukannya AIP serta berbagai pelatihan BMP, diharapkan dapat memberikan kesempatan lebih kepada para pembudidaya udang windu tradisional di wilayah Kaltara untuk dapat meningkatkan jumlah produksi dan daya saing pasar. Selain itu, para pembudidaya juga dapat tetap menjaga keseimbangan ekosistem yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan.