Permintaan pasar global akan produk perikanan yang bersertifikat ekolabel semakin tinggi membuat industri perikanan Indonesia harus menyesuaikan dengan kondisi tersebut agar produknya tetap dapat bersaing. PT Cassanatama Naturindo merupakan perusahaan produsen kerupuk udang yang telah mengekspor produknya ke beberapa negara di Eropa, seperti Belanda, Belgia dan Inggris. Sebagai perusahaan yang telah bergabung menjadi anggota Seafood Savers, PT Cassanatama Naturindo berkomitmen melakukan aktivitas perbaikan perikanan komoditas udang tangkap. Hal ini dilakukan untuk mendukung kelestarian sumber daya udang di alam serta keberlanjutan usahanya.
Sebagai langkah awal dari komitmen tersebut, PT. Cassanatama Naturindo bersama dengan WWF-Indonesia melakukan sosialisasi dan pelatihan Better Management Practices (BMP) untuk komoditas udang tangkap alam dengan menggunakan jaring tiga lapis (trammel net) kepada kelompok nelayan yang menjadi pemasok bahan baku produk kerupuk udang. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan BMP Udang Tangkap yang dilakukan pada tanggal 14-15 Desember 2016 di Desa Morodemak, Kabupaten Demak dan Desa Banyutowo, Kabupaten Pati, tersebut diikuti oleh nelayan dari kelompok Sinar Bahari Morodemak dan kelompok Manunggal Kasih Bayutowo serta didampingi langsung oleh Ardhley Wijaya, Direktur PT Cassanatama Naturindo.
Sebelum tim WWF-Indonesia memberikan soal pre test sebagai penilaian awal untuk mengetahui pemahaman dan wawasan nelayan mengenai aktivitas perikanan yang telah dilakukan selama ini, sosialisasi dan pelatihan dibuka oleh Bapak Ardhley Wijaya, "Seperti contoh pasar Eropa saat ini sudah mulai menyaratkan bahwa produk yang dipasarkan harus memiliki sertifikat ekolabel, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara perusahaan dan nelayan untuk bisa mewujudkannya"
Setelah melakukan pre test para peserta melakukan simulasi permainan perikanan berkelanjutan vs non-berkelanjutan. Tujuan dari simulasi ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada nelayan mengenai dampak praktik perikanan tidak ramah lingkungan terhadap stok udang di alam serta memberikan pengetahuan mengenai pentingnya strategi pemanfaatan demi kelestarian perikanan udang.
Pemberian materi dilakukan dengan mengacu pada BMP Udang Tangkap sebagai panduan penangkapan hingga penanganan udang dengan cara yang lebih baik, ramah lingkungan dan bertanggung jawab. Di akhir kegiatan, nelayan diberikan soal post test guna mengetahui peningkatan pemahaman dan wawasan setelah pemberian materi. Dari hasil rekapitulasi nilai pre dan post test yang telah dihitung, terjadi penurunan dan peningkatan pemahaman. Peningkatan pemahaman terjadi pada kelompok Manunggal Kasih rata-rata sebesar 6,02%, sedangkan kelompok Sinar Bahari mengalami penurunan rata-rata sebesar 27,78%. Penurunan terjadi karena nelayan masih kesulitan dalam memahami test yang diberikan sehingga tidak mengerjakan setiap soal pre dan post test dengan benar. Selain itu, dilakukan juga wawancara untuk mengetahui persentase tingkat kepatuhan (compliance) terhadap BMP Perikanan Udang Tangkap sebagai nilai awal (t0). Hasil dari wawancara tersebut diketahui bahwa kelompok nelayan Sinar Bahari memiliki tingkat kepatuhan sebesar 80,6% dan kelompok nelayan Manunggal Kasih sebesar 86,4%. Kedua kelompok masih membutuhkan perbaikan dalam hal keterlibatan perempuan dalam kelompok, kebersihan, pemahaman peraturan perikanan tangkap, serta pencatatan.
Berangkat dari beberapa aspek yang perlu adanya perbaikan, WWF-Indonesia akan memberikan dampingan sebagai tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi BMP ini. Pendampingan perbaikan perikanan akan rutin dilakukan selama lima tahun ke depan sesuai dengan rencana kerja (work plan) yang disusun mengacu pada prinsip-prinsip MSC. Dengan harapan, perusahaan dapat mencapai semua indikator yang disesuaikan dengan standar ekolabel ramah lingkungan serta mencapai setifikasi MSC.