Tahun ini merupakan tahun ke-8 Seafood Savers berdiri sebagai insiasi WWF-Indonesia dalam perbaikan praktik perikanan di Indonesia. Dalam rangka peningkatan kinerja program, Seafood Savers mengadakan Seafood Savers Annual Meeting 2017 sebagai kegiatan tahunan yang ditujukan untuk mewadahi para anggota perusahaan dengan stakeholder terkait demi membahas rancangan rencana kerja program perbaikan perikanan berkelanjutan. Bertempat di Ruang Rapat London, Lantai 4, Hotel Mercure Grand Mirama, Surabaya, Seafood Savers Annual Meeting 2017 dilakukan selama dua hari pada tanggal 18 - 19 Mei kemarin. Secara spesifik, acara ini memiliki beberapa tujuan, yaitu memberikan informasi terbaru mengenai kesekretariatan Seafood Savers, menetapkan rencana-rencana strategis maupun kegiatan Seafood Savers ke depan yang signifikan bagi terwujudnya bisnis perikanan yang berkelanjutan dan menciptakan ruang diskusi untuk membahas peluang dan tantangan perbaikan perikanan di Indonesia antara pelaku bisnis perikanan dan pemerintah. Sesuai dengan tujuan kegiatannya, peserta acara adalah para perusahaan yang telah menjadi anggota Seafood Savers, di antaranya PT Hatindo Makmur, PT Satu Enam Delapan Benoa, PT Mustika Mina Aurora, PT Samudra Eco Anugrah (SEA) Indonesia, PT Cassanatama Naturindo, PT Bumi Menara Internusa, PT Sekar Laut Tbk., PT Kemilau Bintang Timur, PT Bogatama Marinusa, PT Celebes Seaweed Group, PT Primo Indo Ikan dan PT Balinusa Windumas serta menghadirkan narasumber Dr Artati Widiarti dari Direktorat Promosi, Ditjen PDSPKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Seafood Savers Annual Meeting 2017 secara resmi dibuka oleh Seafood Savers Manager, Abdullah Habibi. “Tahun ini, KKP kembali lagi terlibat dalam agenda diskusi Seafood Savers Annual Meeting. Diharapkan diskusi hari ini yang dihimpun bersama oleh perusahaan anggota, baik perusahaan lama dan 5 perusahaan baru dapat menghasilkan rumusan rencana kerja strategis” Ungkap Abdullah Habibi. Dilanjutkan dengan presentasi oleh sekretariat Seafood Savers, pada kesempatan tersebut Seafood Savers memaparkan perihal kontribusi Seafood Savers terhadap perbaikan perikanan di Indonesia sejak tahun 2009 dan pelaksanaan berbagai kegiatan dialog serta sosialisasi dan kampanye sustainable seafood, di antaranya workshop bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), penandatanganan perusahaan anggota baru, pelatihan kandidat asesor sertifikasi ekolabel perikanan budi daya Aquaculture Stewardship Council (ASC), pelatihan kandidat asesor sertifikasi perikanan tangkap Marine Stewardship Council (MSC), in store campaign, serta publikasi terkait website Seafood Savers dengan tampilan baru. Agenda hari pertama mencakup pemaparan kemajuan program perbaikan perikanan, baik dari sisi perusahaan yang menjalani dan tim teknis WWF-Indonesia yang mendampingi. Setiap perwakilan perusahaan berkesempatan menjelaskan profil serta progress perusahaan dalam program perbaikan perikanan tangkap (Fisheries Improvement Program /FIP) atau perbaikan perikanan budi daya (Aquaculture Improvement Program/AIP). Presentasi juga dilengkapi dengan latar belakang bergabungnya dalam keanggotaan Seafood Savers dan hambatan yang dirasakan selama program berlangsung. Kemudian di hari kedua dilanjutkan dengan kegiatan diskusi untuk menggali saran dan masukan bagi kelembagaan dan program perbaikan perikanan yang diinisiasi Seafood Savers. Diskusi pertama menghasilkan masukan internal bagi program Seafood Savers, sedangkan diskusi kedua fokus pada masukan bagi pemerintah. Pada sesi ini, Dr. Artati Widiarti memaparkan mengenai tren konsumsi terhadap sustainable product di Indonesia dan dunia. “Seharusnya produk-produk sustainable mendapatkan premium prize di pasaran dan pelaku-pelaku yang sudah melakukan kepedulian terhadap aspek sustainability sudah sepatutnya mendapatkan award,” ungkap Dr. Artati Widiarti. Dr. Artati Widiarti juga berharap dengan adanya program Seafood Savers akan ada banyak perusahaan perikanan yang tertarik untuk bergabung dalam program perbaikan perikanan. Hal ini juga tentunya akan diiringi dengan dukungan oleh Pemerintah melalui lahirnya berbagai regulasi, salah satunya yaitu peraturan menteri mengenai larangan bagi kapal-kapal perusahaan melakukan praktik-praktik yang tidak ramah lingkungan. Melalui diskusi dan pertemuan ini diharapkan, terjalin sinergi yang lebih kuat antara pelaku bisnis dan pemerintah agar program perbaikan perikanan dan perikanan berkelanjutan dapat tercapai.