Sebuah tujuan tanpa perencanaan hanya akan menjadi harapan (Antoine de Saint-Exupéry, Penulis dari Perancis 1900-1944). Itulah sepenggal kata bijak yang dapat menggambarkan aktivitas Tim Seafood Savers bersama PT Balinusa Windumas dalam pembahasan draft action plan* pada 22 Mei lalu di Mataram, NTB. PT Balinusa Windumas sendiri adalah anggota Seafood Savers yang memproduksi berbagai produk tuna seperti Frozen Tuna Saku, Frozen Tuna Steak dan Frozen Tuna Loin yang diperoleh melalui penangkapan dengan metode handline atau pancing ulur.
Bertempat di Kantor WWF-Indonesia Mataram, dilakukan presentasi hasil penilaian praktik perikanan Tuna yang dijalankan oleh PT Balinusa Windumas bersama supply chain-nya sekaligus menyepakati action plan FIP (Fisheries Improvement Program) atau program perbaikan aktivitas perikanan tuna yang akan dijalankan untuk lima tahun ke depan.
Secara umum, teknis penangkapan ikan tuna yang dijalankan sudah cukup ramah lingkungan. Namun, hal ini perlu dibuktikan dengan data valid seperti log book hasil tangkapan serta data dari instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten (DKP), Syahbandar, mengenai aktivitas yang dijalankan oleh penyuplai PT Balinusa Windumas di Lombok Timur. Oleh karena itu, salah satu program yang menjadi fokus dalam action plan FIP Perikanan Tuna PT Balinusa Windumas adalah pendataan hasil tangkapan dalam interval waktu yang teratur atau time series agar dapat menjadi sumber informasi terkait praktik penangkapan tuna di lokasi target. Selain pendataan, kepatuhan terhadap regulasi dan peraturan terkait penangkapan ikan khususnya di Lombok Timur menjadi fokus tambahan dalam action plan. Selama ini, nelayan tuna di Lombok Timur yang menjadi supply chain PT Balinusa Windumas telah berkomitmen untuk mematuhi dan menerapkan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik skala daerah maupun Nasional. Namun, dalam implementasinya terdapat beberapa kendala teknis, misalnya keterbatasan jumlah personil dari instansi pemerintahan hingga koordinasi antar instansi terkait perizinan masih menjadi beberapa masalah yang sampai saat ini sering terjadi. Maka, diperlukan keterlibatan banyak pihak untuk memastikan program yang direncanakan dapat berjalan sesuai target yang ditetapkan.
Oleh karena itu, PT Balinusa Windumas bersama Seafood Savers melalui program FIP yang telah disusun berharap dapat mengajak para pihak terkait untuk melakukan koordinasi dan mencari solusi bersama dalam mengawal perabaikan praktik perikanan di Lombok Timur. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Bapak Djamil, Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Propinsi NTB, saat acara Sosialisasi Pendaftaran dan Penandaan Kapal (P2K) kepada seluruh peserta diskusi “Kerja sama antar stakeholder sangat diperlukan dalam implementasi peraturan terkait aktivitas perikanan di Provinsi NTB”.
“Program yang telah disusun dan dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik apabila di level pelaku perikanan seperti nelayan dan pengusaha tidak diberi sosialisasi dan pendampingan terus menerus terkait implementasi di lapangan” lanjut Bapak Djamil. Adanya komitmen dari PT Balinusa Windumas bersama supply chain-nya menjadi “angin segar” bagi pemerintah dalam upaya mendorong para pelaku bisnis perikanan di NTB untuk menerapkan program terkait aktivitas perbaikan perikanan, minimal di lokasi dampingan masing-masing. Dengan adanya komitmen dan usaha yang akan dilakukan diharapkan dapat berkontribusi untuk perbaikan pengelolaan perikanan tuna yang berkelanjutan di Indonesia. Catatan untuk editor *Action plan merupakan sebuah rancangan kegiatan yang disusun oleh tim WWF-Indonesia dan perusahaan anggota Seafood Savers dalam program perbaikan perikanan.