Bumi Menara Internusa atau lebih sering disebut sebagai PT. BMI adalah salah satu pemain besar dalam pengolahan produk dari udang dan diekspor ke mancanegara. Perusahaan ini mempunyai beberapa pabrik dan berkantor pusat di Surabaya. Perusahaan berdiri tahun 1989 dan dengan seiring waktu kini beberapa pabrik telah berdiri diantaranya di daerah Dampit, Malang dan Lampung. Perusahaan membeli udang dari masyarakat umum juga dari beberapa tambak yang bekerjasama dengan mereka, salah satu diantaranya adalah PT. Tiwandi Sempana yang berkedudukan di daerah Pesisir, Probolinggo. Tambak inilah yang sedang diusahakan oleh PT. BMI untuk bisa mendapatkan sertfikasi dari ASC-Shrimp yang bekerjasa sama dengan WWF Indonesia untuk monitoring pemenuhan standar dalam skema Seafood Savers sejak November 2016. Banyak hal yang telah dilakukan diantaranya mengembangkan program kerja bersama atau yang disebut Aquaculture Improvement Program (AIP) untuk memenuhi gap yang ada terhadap standard ASC Shrimp.
[caption id="attachment_1910" align="alignnone" width="614"] Tambak Udang_WWF-ID/Rusdiyansyah[/caption]
Salah satu kegiatan dilakukan pada hari Rabu 31 Mei 2017 WWF-Indonesia bersama dengan perwakilan PT. BMI dan PT. Tiwandi Sempana melakukan penanaman 10.000 pohon mangrove di pesisir pantai dekat lokasi tambak, di desa Pesisir, kecamatan Sumber Asih, kabupaten Probolinggo. Penanaman bibit pohon mangrove ini sebagai salah bentuk komitmen dan tanggung jawab PT. Tiwandi Sempana terhadap eksistensi ekosistem mangrove untuk menjaga kelestarian lingkungan, mencegah abrasi juga merupakan salah satu syarat untuk sertifikasi ASC yang tercantum dalam prinsip ke 2 di ASC Shrimp, yaitu Penempatan Tambak di Wilayah yang Sesuai secara Lingkungan, dan Melakukan Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistim Penting. Salah satu persyaratannya adalah tambak yang dibangun sebelum Mei 1999 (Klausul RAMSAR) harus mengembalikan tutupan hijau bila berada di daerah mangrove sebanyak 50% dari daerah yang diusahakan. Penanaman 10.000 bibit mangrove ini adalah tahap pertama penanaman dari total 45.000 bibit mangrove yang harus ditanam sampai tahap ketiga dalam jangka waktu tiga tahun yaitu sampai tahun 2019. Total luas lahan PT. Tiwandi Sempana yang saat ini sudah beroperasi sebesar 9 Ha.
Kendala utama pelaksanaan penanaman mangrove oleh PT. Tiwandi Sempana adalah sulitnya untuk mendapatkan bibit dengan harga yang ekonomis dan berkualitas. Pencarian bibit berlangsung hampir dua bulan sejak Maret-April 2017. Setelah beberapa kali melakukan survey dan dari informasi yang didapat akhirnya bibit diperoleh dari Pasuruan, dimana pengelolaanya kebetulan juga mengelola lokasi wisata mangrove di Kabupaten Pasuruan tepatnya di Desa Penunggul Kecamatan Nguling, Pasuruan Jawa Timur.
[caption id="attachment_1909" align="alignright" width="368"] Berdialog dengan Pak Mukarim_WWF-ID/Rusdiyansyah[/caption]
Bapak Mukarim begitulah ia dikenal, merupakan orang yang sangat memahami betul teknik pembibitan dan penanaman hingga perawatan mangrove pada tataran praktis. Dari penuturan bapak Mukarim, beliau sudah bergelut dengan mangrove sejak tahun 1986. Awal mulanya bapak Mukarim menanam mangrove di tanah lahirnya desa Penunggul dengan tangan dan uang pribadi. Hal ini berlangsung selama 11 tahun dari tahun 1986 sampai tahun 1997. Selama periode sebelas tahun itu ia berhasil menanam mangrove di lahan seluas 68 Ha. Bertahun-tahun menanam mangrove melawan stigma negatif dari masyarakat disekitarnya bapak Mukarim menuai hasilnya saat hasil kerja kerasnya dilirik pemerintah Kabupaten Pasuruan dan diikutkan berbagai ajang lomba lingkungan hingga mengantarkannya mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2014 di era presiden SBY dan tahun 2015 diera JOKOWI. Pak Mukarim bertekad untuk membantu proses penanaman ini sukses dengan cara mengajarkan para penjaga tambak PT. Tiwandi Sempana agar mampu menanam dengan baik dan melakukan perawatan kedepannya, sehingga mangrove tumbuh dengan baik dan AIP berjalan sesuai rencana.