Hari itu (9/6/17) adalah momen penting bagi Kelompok Samaturu’e, kelompok pembudidaya rumput laut Gracilaria binaan WWF-Indonesia dan Celebes Seaweed Group (CSG). Kelompok Samaturu’e akhirnya resmi dikukuhkan sore itu di Gudang CSG, Desa Bontosungguh, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan.
[caption id="attachment_1914" align="alignnone" width="4352"] Penandatanganan dokumen pengukuhan kelompok_Nizar Farezi/WWF-Indonesi[/caption]
Ini artinya, Kelompok Samaturu’e telah berhasil melewati tiga fase pendampingan: fase pengenalan, fase perumusan, dan fase pengukuhan.
Fase pertama adalah pengenalan lebih dalam terhadap karaktek petambak dan kondisi lingkungan budidaya. Produk dari fase ini yaitu terjalinnya hubungan emosional dengan petambak. Selain itu, tersedia pula data dasar berupa Gap Assessment Better Management Practice (BMP) Budidaya Gracilaria, profil petambak, data kualitas air, dan peta tambak.
Fase kedua berupa kumpul bersama atau Focus Group Discussion (FGD) untuk merumuskan nama kelompok, visi dan misi kelompok, susunan pengurus, program kerja, dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Proses perumusan bersifat dinamis, sebab peserta memberikan umpan balik dan setiap kesepakatan diperoleh dengan musyawarah, termasuk dalam pemilihan pemimpin dan jajaran pengurus kelompok.
Nama kelompok ini sendiri, Samaturu’e, diambil karena punya makna yang sangat berkesan bagi para petambak, yaitu “sama-sama berjuang.” Dengan landasan kerja sama itulah, harapannya, visi kelompok yang menghendaki kesejahteraan bersama dan perbaikan lingkungan dapat dicapai.
Sementara itu, fase ketiga adalah pengukuhan kelompok yang bersifat formal, dengan melibatkan para pihak yang dapat mendukung perkembangan kelompok.
“Dengan terbentuknya kelompok, pendampingan dilakukan melalui satu komando, sehingga penyebaran informasi dapat berjalan efektif,” ungkap Muhammad Yusuf (WWF-Indonesia). “Selain itu, kelompok mengakomodir prinsip sosial yang sekarang sedang ditekankan dala
Pengelolaan perikanan,” kata ia kemudian di hadapan dua puluh anggota Kelompok Samaturu’e hari itu. Di sana, tampak hadir pula perwakilan penyuluh dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Takalar, CSG, pejabat desa, dan petambak dari kecamatan tetangga, Sanrobone.
Dalam pengukuhan Kelompok Samaturu’e ini, tampak komitmen para stakeholder untuk membantu pengembangan kelompok dengan tujuan perbaikan budidaya Gracilaria dan diperolehnya kesejahteraan masyarakat.
Mursalim, Pimpinan CSG, berkomitmen untuk memberikan jaminan pasar kepada anggota Kelompok Samaturu’e yang menerapkan BMP Budidaya Gracilaria dan sertifikasi rumput laut yang baik dan aman. Tak kalah, Andi Akil, Koordinator Penyuluh Umum Kecamatan Mappakasunggu mengungkapkan komitmennya untuk membantu pengawalan kelompok untuk kelancaran program. Sementara, Iksan, Lurah Takalar Lama, mengaku siap memfasilitasi kegiatan kelompok yang berlokasi di wilayahnya.
[caption id="attachment_1915" align="alignright" width="4352"] Sambutan oleh Lurah Takalar Lama_Idham Malik/WWF-Indonesia[/caption]
“Pembentukan kelompok menjadi salah satu metode dalam pengentasan kemiskinan. DKP Takalar bersedia untuk membantu alat para-para untuk penjemuran rumput laut. Permohonan bantuan tersebut dapat diajukan setelah MUSREMBANG Desa,” Anwar Alwi, Kepala Bidang Budidaya DKP Takalar, turut mengungkapkan dukungannya hari itu.
Hari itu, struktur keanggotaan kelompok dan visi misi kelompok telah dibacakan. Syaifuddin Caco, Ketua Kelompok Samaturu’e pun menandatangani berita acara pengukuhan kelompok dan AD/ART kelompok bersama Kepala Lurah Takalar dan Koordinator Penyuluh Umum Kecamatan Mappaksunggu. Dengan penandatangan tersebut, resmilah Pengukuhan Kelompok Samaturu’e.
Acara ini dipandang sebagai salah satu berkah bulan suci Ramadan bagi Kelompok Samaturu’e. Mereka menutup sore itu dengan berbuka puasa bersama, mensyukuri semangat berjuang yang dikukuhkan hari itu dengan nama kelompok mereka – Samaturu’e, untuk perbaikan budidaya Gracilaria di Takalar.