Mangrove tak bisa dipisahkan dari kesuksesan sebuah praktik budidaya perikanan. Kualitas lingkungan berpengaruh terhadap produksi hasil budidaya, terutama pada faktor kualitas air. Daya dukung mangrove dalam lingkungan pesisir, khususnya pada kawasan pertambakan, sangatlah penting.
Mangrove berperan sebagai zona penyangga (buffer) dan filter pada air yang masuk ke dalam tambak. Ia juga merupakan habitat kritis bagi berbagai macam makhluk hidup baik yang dilindungi maupun tidak.
Memahami urgensi tersebut, sebanyak 180 pohon bakau ditanam pada 06/07/2017 di kawasan tambak milik H. Tantang, Desa Pallameang-Langnga, Kecamatan Mattirosompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
WWF – Japan, JCCU – Japan (perusahaan importir udang), Pemerintah Kabupaten Pinrang dalam hal ini Bupati Pinrang, Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang, Penyuluh Perikanan Kecamatan Mattirosompe, hingga Wakil Gubernur Sulawesi Selatan turut berpartisipasi dalam acara penanaman mangrove ini.
WWF–Indonesia bersama PT Bogatama Marinusa (Bomar), perusahaan yang tergabung dalam program Seafood Savers, yang menggawangi penanaman mangrove di saluran air tambak mitra PT Bomar ini. Hal ini bagian dari upaya mendorong perbaikan perikanan budidaya udang yang berkelanjutan, mengacu pada standar ASC (Aquacultur Stewardship Council).
ASC merupakan standar sertifikasi ecolabel yang dianggap baik dan mengakomodir beragam isu dalam dunia akuakultur, seperti isu legalitas, lingkungan, sosial kemasyarakatan, sosial pekerja, perbaikan teknis budidaya, serta isu sumber benur dan bahan baku pakan. Penanaman mangrove merupakan agenda utama dalam perbaikan kualitas lingkungan disekitar tambak udang.
“Salah satu cara menjaga kualitas lingkungan, yakni dengan melakukan penanaman mangrove pada tambak,” ungkap Wawan Ridwan, Coral Triangle Director WWF–Indonesia, dalam sambutannya pada acara hari itu. “Kualitas lingkungan yang baik dapat meningkatkan produksi udang. Untuk itu, dalam rangka menjaga lingkungan, perlu adanya dukungan dan kerja sama dari pemerintah, LSM, perusahaan dan masyarakat,” tambah ia.
Pimpinan PT Bomar, Tigor Cendarma, berkomitmen untuk melanjutkan program penanaman mangrove. PT Bomar juga berencana untuk membuat terobosan baru dengan membangun sebuah perusahaan pembenihan untuk menghasilkan benur udang windu dengan jaminan bebas penyakit.
Matsumoto dari JCCU – Japan, yang merupakan importir udang di Jepang, menyampaikan apresiasinya pada petani udang dan PT Bomar karena telah mendukung dalam produksi udang windu yang berkualitas. “Dalam mendukung kegiatan budidaya udang menjadi lebih baik lagi, kami akan bekerja sama dengan masyarakat pembudidaya udang,” ungkap Matsumoto.
Kepala Dinas Perikanan Pinrang, Ir. Budaya, tak ketinggalan mengungkapkan dukungannya, “Pemkab Pinrang sangat mendukung rehabilitasi mangrove dan penerapan budidaya udang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata ia. Dukungan ini juga Pemkab berikan dengan rencana pengusulan fasilitas berupa saluran air atau jembatan yang dapat mendukung kelancaran produksi udang.
“Memilih standar sertifikasi ASC adalah bentuk komitmen dan dukungan kami untuk menghasilkan udang dari budidaya ramah lingkungan. Sekaligus, mengajak pembeli berkontribusi dalam perbaikan lingkungan,” ungkap Tigor Cendarma, mewakili semangat PT Bomar untuk terus menggiatkan budidaya, tanpa melupakan pelestarian alamnya.